Untuk sukses dalam menghadapi abad 21,
dimana kehidupan di abad 21 akan lebih kompleks dan banyak tantangan bagi semua
orang, maka Pendidikan kemudian dirancang supaya dapat menghasilkan kompetensi
siswa meliputi yang menyeluruh, meliputi segala aspek, diantaranya aspek
pengetahuan, keterampilan, serta sikap literat terhadap baca-tulis, numerasi,
sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, Guru diharapkan mampu menyusun hal-hal terkait Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi ini, diantaranya kisi-kisi soal HOTS,
menyusun kartu soal HOTS dan dapat menyusun bank soal HOTS tersendiri untuk
dipelajari oleh siswanya.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat
dilatih melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Agar peserta didik memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan
ruang untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam
pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan
berpikir kritis.
Berawal dari pembelajaran di dalam kelas inilah
peserta didik mulai mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
HOTS. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa manakala harus menghadapi soal
HOTS. Dalam penyusunan soalnya dapat menggunakan berbagai bentuk, misalnya
pilihan ganda, uraian, benar-salah, melengkapi maupun jawaban singkat. Tentunya
guru harus lebih kreatif dalam pemberian stimulusnya.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif,
tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural
saja.Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep
yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving),
memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru,
berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah
disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan:
1.
mengetahui (knowing-C1),
2.
memahami (understanding-C2),
3.
menerapkan (aplying-C3),
4.
menganalisis (analyzing-C4),
5.
mengevaluasi (evaluating-C5), dan
6.
mengkreasi (creating-C6).
Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah:
1.
menganalisis (analyzing-C4),
2.
mengevaluasi (evaluating-C5), dan
3.
mengkreasi (creating-C6).
Pada pemilihan kata kerja
operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS,
hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’
pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan
soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5
(mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses
berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik
diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa
digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun
strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO)
sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan.
Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut
penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena
itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan
dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih
stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan
pendidikan.Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
·
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal
HOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS.Guru-guru secara
mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS.
·
Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
·
Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik
untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca
oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai
dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik
untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari
lingkungan sekolah atau daerah setempat.
·
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan
butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan
pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada
kartu soal, sesuai format terlampir.
·
Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran
yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan
kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Soal HOTS pada konteks asesmen mengukur berbagai kemampuan.
·
Pertama, transfer satu konsep ke konsep lainnya.
·
Kedua, memproses dan menerapkan informasi.
·
Ketiga, mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda.
·
Keempat, menggunakan informasi untuk menyelesaikan
masalah.
·
Kelima, menelaah ide dan informasi secara kritis.
Pada saat menyusun soal HOTS harus
berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari atau kontekstual. Sehingga
peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di dalam
kelas untuk menyelesaikan masalah. Melalui soal HOTS, peserta didik diharapkan
memiliki kemampuan untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan
(interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate)
ilmu pengetahuan.
_page-0001.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar