Apa yang dimaksud dengan perkembangan peserta didik?
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), perkembangan adalah perihal berkembang, artinya yaitu mekar,
terbuka, atau membentang: menjadi besar, luas, dan banyak, serta bertambah
sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Sementara
itu, Sementara itu, peserta didik dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses belajar yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu.
Sebagai makhluk hidup dan
makhluk sosial, peserta didik mengalami perkembangan. Dengan begitu, dapat kita
pahami, bahwa yang dimaksud dengan perkembangan peserta didik adalah perihal
berkembangnya peserta didik melalui proses pembelajaran berdasarkan jenjang dan
jenis pendidikan yang ditempuh.
Apa yang dimaksud dengan perkembangan peserta didik menurut para
ahli?
Sementara itu, para pakar di
bidang psikologi dan ilmu pendidikan, sampai kini tidak memiliki kesatuan
pandangan dalam memberikan definisi atau pengertian mengenai perkembangan. Ada
yang beranggapan sama, ada pula yang berbeda pendapat. Berikut beberapa
definisi perkembangan menurut para ahli dari berbagai sumber.
Werner (1969) dalam Monks,
dkk (1999) menyatakan bahwa perkembangan merujuk pada suatu proses perubahan
yang bersifat tetap, menjadi lebih sempurna, dan tidak dapat diulang kembali.
Schneirla (1975) dalam
Sunarto dan Hartono (1999: 38) mendefinisikan perkembangan (development) adalah
perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini
dilihat sebagai sistem fungsional serta adaptif sepanjang hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut meliputi dua faktor, yakni kematangan dan
pengalaman.
Libert, Paulus, dan
Strauss dalam Gunarsa (1990: 31) mengartikan, bahwa perkembangan adalah proses
perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan
interaksi dengan lingkungan.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan hanya perubahan
organ-organ jasmaniahnya saja. Kemudian, dalam kaitannya dengan peserta didik,
maka pengertian perkembangan peserta didik merupakan perubahan yang progresif
dan kontinu (berkesinambungan) untuk menjadi lebih sempurna (mencapai
kematangan dan pengalaman) melalui interaksi dengan lingkungan (pendidikan).
Apa itu teori perkembangan peserta didik?
Teori perkembangan
merupakan teori yang dapat memberikan kerangka kerja untuk berfikir tentang
pertumbuhan dan pembelajaran manusia. Demikian, teori perkembangan peserta
didik adalah teori yang dapat memberikan Bapak dan Ibu Guru sebuah kerangka
berpikir/konsep untuk menentukan pembelajaran apa yang cocok digunakan agar
membantu perkembangan peserta didik, serta sesuai dengan tujuan pendidikan.
Apa saja teori perkembangan peserta didik?
Dalam memahami materi
perkembangan peserta didik, sebenarnya banyak teori yang mendasarinya. Namun,
dari berbagai teori tersebut hanya ada beberapa teori perkembangan peserta
didik yang disetujui dan digunakan oleh Kemendikbud dalam pembelajaran untuk
para calon guru. Adapun teori utama yang harus Bapak dan Ibu Guru pahami
adalah:
Teori Perkembangan Psikoanalisis
Di bagian ini yang menjadi
fokus adalah teori perkembangan psikoseksual dari Freud dan teori perkembangan
psikososial Erik Erikson. Masing-masing merupakan stage theory yang memahami
perkembangan anak melalui periode-periode kehidupan yang berbeda. Masing-masing
teori menunjukkan, bahwa berbagai pengalaman anak selama tahap-tahap awal dapat
mempengaruhi kehidupan emosional serta sosial anak pada masa tersebut dan masa
sesudahnya.
1. Teori Perkembangan Psikoseksual Freud (Freud’s Psychosexual Developmental Theory)
Teori Freud ini berfokus
pada perkembangan emosional dan sosial dari anak-anak, serta asal-mula
unsur-unsur kepribadian psikologis, seperti ketergantungan, kerapian obsesif,
dan kesombongan. Menurut Freud, masa kanak-kanak memiliki lima tahap
perkembangan psikoseksual, antara lain: oral, anal, falik, latensi, dan
genital.
Jika seorang anak menerima
terlalu sedikit atau terlalu banyak gratifikasi dalam satu tahap, maka anak
dapat terfiksasi di tahap tersebut. Misalnya, jika anak disapih terlalu dini,
atau disusui terlalu lama, anak tersebut pun jadi hanya terpusat pada aktivitas
oral, seperti menggigit kuku atau merokok, bahkan menunjukkan “lidah tajam”
atau “mudah menggigit”.
2. Teori Perkembangan Psikososial Erikson (Erikson’s Psychosocial Developmental Theory)
Erik Erikson memodifikasi
dan memperluas teori Freud. Teori Erikson juga sama seperti teori Freud, yaitu
berfokus pada perkembangan kehidupan emosional dan unsur-unsur kepribadian
psikologis. Akan tetapi, Erikson juga berfokus pada proses perkembangan dan
identitas diri, serta berpendapat bahwa hubungan-hubungan sosial itu lebih
penting daripada naluri seksual atau agresif.
Erikson
(1963) memperluas tahap perkembangan Freud menjadi delapan untuk mencakup
berubahnya perhatian di sepanjang masa dewasa. Daripada memberi istilah pada
tahap-tahap setelah bagian-bagian dari tubuhnya, Erikson memberi label
tahap-tahap setelah krisis kehidupan yang mungkin telah anak-anak (dan kemudian
orang dewasa) temui selama tahap tersebut. 8 Tahap tersebut antara lain:
1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
- Otonomi
vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
- Inisiatif
vs Kesalahan
- Kerajinan
vs Inferioritas
- Identitas
vs Kekacauan Identitas
- Keintiman
vs Isolasi
- Generativitas
vs Stagnasi
- Integritas
vs Keputusasaan
Teori Perkembangan Behavioral (Behavioral Child Development Theories oleh John B. Watson dan B.F. Skinner)
John B. Watson dalam teorinya
berpendapat, bahwa pendekatan ilmiah dalam perkembangan harus berfokus hanya
pada perilaku yang bisa diamati, bukan seperti pemikiran, fantasi, dan gambaran
mental yang lain.
Sementara B.F Skinner dalam teori
perkembangan behavioral mengenalkan konsep penguatan (reinforcement). Hal-hal
yang memperkuat adalah stimulus yang meningkatkan frekuensi perilaku yang anak
ikuti.
Skinner membedakan antara penguat
positif dan penguat negatif. Penguat positif akan meningkatkan frekuensi
perilaku saat perilaku itu diterapkan. Contohnya, makanan dan persetujuan
berperan sebagai penguat positif.
Sedangkan penguat negatif
dapat meningkatkan frekuensi perilaku ketika perilaku ini disingkirkan.
Ketakutan bisa bertindak sebagai penguat negatif, yaitu penyingkiran ketakutan,
sehingga meningkatkan frekuensi perilaku yang mendahuluinya. Misalnya ketakutan
akan kegagalan itu disingkirkan bila peserta didik belajar untuk ulangan.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget (Piaget’s Cognitive Developmental Theory)
Teori Kognitif Piaget
menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf.
Dengan semakin bertambahnya umur seseorang, maka semakin kompleks pula susunan
sel sarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya.
Menurut Piaget, proses belajar setiap
orang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan usia
masing-masing. Bersifat hierarki, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu, dan seseorang tidaklah bisa belajar sesuatu yang berada di luar tahap
kognitifnya. Piaget kemudian membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini
menjadi empat, yaitu:
- Tahap
Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
- Tahap
Preoperasional (usia 2-7/8 tahun)
- Tahap
Operasional Konkret (usia 7/8-11 atau 12 tahun)
- Tahap
Operasional Formal
Teori Sosial Bandura (Bandura’s Social Learning Theory)
Bandura merumuskan sebuah teori pembelajaran observasional yang menyeluruh yang dia kembangkan untuk mencakup penguasaan, dan praktik dari bermacam-macam keterampilan, strategi dan perilaku. Prinsip-prinsip kognitif sosial telah diaplikasikan dalam pembelajaran kognitif, motorik, sosial, pengaturan diri, perkembangan moral, pendidikan, kesehatan, dan nilai sosial.
Teori Sosiokultural Vygotsky (Vygotsky’s Sociocultural Theory)
Dalam teorinya, Vygotsky
menentang gagasan-gagasan Piaget mengenai bahasa dan pemikiran. Vygotsky
menyatakan bahwa bahasa berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada
percakapan anak-anak yang bersifat egosentris dan berorientasi non sosial.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan belajar
dengan sendirinya, beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari. Vygotsky
tetap percaya, bahwa anak akan jauh lebih maju dan berkembang jika berinteraksi
dengan orang lain. Anak-anak tidak akan mengembangkan pemikiran operasional
formal mereka, tanpa adanya bantuan orang lain. Apa saja
aspek-aspek perkembangan peserta didik?
Mengutip Alex Sobu (2003)
dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum, aspek-aspek perkembangan meliputi:
1. - Perkembangan Fisik yang merupakan
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan
motorik kasar maupun halus. Perubahan pada tubuh/fisik ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
2. - Perkembangan Emosi yaitu meliputi perkembangan
kemampuan anak untuk mulai mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut,
dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya.
3. - Perkembangan Intelegensi/Kognitif
merupakan perubahan kemampuan mental, seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Biasanya perkembangan ini terjadi pada peserta didik
berusia remaja, yakni terjadinya interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi peserta
didik dalam berpikir abstrak. Perkembangan kognitif yang terjadi pada peserta
didik remaja dapat dilihat dari kemampuannya untuk berpikir lebih logis.
Peserta didik pun sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana
mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan peserta
didik?
Persoalan mengenai
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan dijawab oleh para ahli
dengan jawaban yang berbeda-beda. Para ahli tersebut pun terbagi ke dalam tiga
aliran yang berbeda, yaitu aliran Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.
Namun, dari
pernyataan-pernyataan para ahli dari ketiga aliran tersebut pun dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
adalah faktor internal dan faktor eksternal dari peserta didik itu sendiri.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, antara lain:
Faktor Internal
1. Inteligensi
Inteligensi merupakan
faktor perkembangan yang terpenting. Seorang anak dapat dikatakan berkembang dengan
cepat karena memiliki kecerdasan yang tinggi. Namun sebaliknya, anak akan
mengalami keterbelakangan dalam perkembangan sebab kecerdasannya rendah.
2. Hormon
Anak perempuan pada
umumnya lebih cepat mencapai kematangan dan mengalami perkembangan hormon,
kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan fisiknya juga tampak lebih cepat
besar dari pada anak laki-laki. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada anak
usia 9 sampai 12 tahun.
3. Kelenjar-Kelenjar
Hasil penelitian di lapangan
endokrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari
kelenjar-kelenjar buntu sementara ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani.
Pengaruhnya sangatlah jelas terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah
dilahirkan.
4. Posisi dalam keluarga
Posisi (kedudukan) anak dalam keluarga
merupakan keadaan yang juga sangat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua,
ketiga, dan sebagainya, umumnya mengalami perkembangan yang lebih cepat dari
anak pertama. Kemudian, anak bungsu biasanya karena dimanja, maka
perkembangannya bisa jadi lebih lambat. Dalam hal ini, anak tunggal biasanya
mengalami perkembangan mentalitas yang lebih cepat, karena pengaruh pergaulan
dengan orang-orang dewasa.
Faktor Eksternal
1. Makanan
Makanan merupakan faktor
yang juga penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja
makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi, terdiri dari
pelbagai vitamin. Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
2. Luka dan penyakit luar
Luka dan penyakit luar
jelas memiliki pengaruh pada perkembangan, meskipun terkadang hanya sedikit dan
hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
3. Kultur (Budaya)
Pada dasarnya, setiap anak memiliki
sifat yang universal dan budayanya lah yang kemudian merubah sejumlah
dasar-dasar tingkah laku mereka dalam proses perkembangannya. Selain faktor
budaya masyarakat, di dalamnya termasuk berasal dari pendidikan, agama, dan
sebagainya.
4. Kebangsaan (Ras)
Ras yang menjadi gen seorang anak pun
sangat berpengaruh pada perkembangannya. Sebab, setiap ras di seluruh dunia pun
memiliki budaya dan lingkungan tempat tinggal yang berbeda-beda, begitu juga
iklim yang mempengaruhi cara hidup masing-masing ras.
Bapak dan Ibu Guru dapat melihat contohnya
melalui anak-anak ras Mediterania (Lautan tengah) yang tumbuh lebih cepat dari
anak-anak Eropa Timur. Sementara itu, anak-anak Negro dan Indian pertumbuhannya
tidak terlalu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning
langsat.
Bagaimana cara mengintegrasikan teori perkembangan peserta didik
dalam pembelajaran?
Dalam mengintegrasikan
teori-teori perkembangan yang sudah dibahas tadi dalam pembelajaran. Bapak dan
Ibu Guru dapat menggunakan salah satu konsep yang dibuat oleh Bandura, yaitu
model determinisme timbal-balik yang terdiri atas tiga faktor utama: perilaku,
lingkungan dan orang/kognitif.
Faktor-faktor tersebut
dapat berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, faktor perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor orang/kognitif
mempengaruhi perilaku, dan seterusnya. Ketiga faktor tersebut pun sering
berinteraksi.
Ketika seorang guru
memberikan sebuah pelajaran kepada siswa di kelas, para siswa akan berpikir
tentang apa yang dikatakan oleh gurunya (lingkungan mempengaruhi kognisi-sebuah
faktor personal). Kemudian siswa yang tidak mengerti tentang penjelasan
tertentu mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan (kognisi mempengaruhi
perilaku).
Selanjutnya, guru
mengulang penjelasannya pada poin tersebut (perilaku mempengaruhi lingkungan).
Pada akhirnya guru memberi siswa tugas untuk diselesaikan (lingkungan
mempengaruhi perilaku).
Selain itu, ada berbagai
cara yang dapat Bapak dan Ibu Guru terapkan. Salah satunya adalah Bapak dan Ibu
Guru harus memastikan instrument-instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan peserta didik dapat mencakup semua ranah perkembangan. Mengenal
karakteristik peserta didik juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui
perkembangan siswa.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar