Selasa, 04 Juli 2023

Teori Perkembangan Peserta Didik yang Perlu Guru Ketahui

 


Apa yang dimaksud dengan perkembangan peserta didik?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perkembangan adalah perihal berkembang, artinya yaitu mekar, terbuka, atau membentang: menjadi besar, luas, dan banyak, serta bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Sementara itu, Sementara itu, peserta didik dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses belajar yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, peserta didik mengalami perkembangan. Dengan begitu, dapat kita pahami, bahwa yang dimaksud dengan perkembangan peserta didik adalah perihal berkembangnya peserta didik melalui proses pembelajaran berdasarkan jenjang dan jenis pendidikan yang ditempuh.

Apa yang dimaksud dengan perkembangan peserta didik menurut para ahli?

Sementara itu, para pakar di bidang psikologi dan ilmu pendidikan, sampai kini tidak memiliki kesatuan pandangan dalam memberikan definisi atau pengertian mengenai perkembangan. Ada yang beranggapan sama, ada pula yang berbeda pendapat. Berikut beberapa definisi perkembangan menurut para ahli dari berbagai sumber.

Werner (1969) dalam Monks, dkk (1999) menyatakan bahwa perkembangan merujuk pada suatu proses perubahan yang bersifat tetap, menjadi lebih sempurna, dan tidak dapat diulang kembali.

Schneirla (1975) dalam Sunarto dan Hartono (1999: 38) mendefinisikan perkembangan (development) adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional serta adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut meliputi dua faktor, yakni kematangan dan pengalaman.

Libert, Paulus, dan Strauss dalam Gunarsa (1990: 31) mengartikan, bahwa perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan hanya perubahan organ-organ jasmaniahnya saja. Kemudian, dalam kaitannya dengan peserta didik, maka pengertian perkembangan peserta didik merupakan perubahan yang progresif dan kontinu (berkesinambungan) untuk menjadi lebih sempurna (mencapai kematangan dan pengalaman) melalui interaksi dengan lingkungan (pendidikan).

Apa itu teori perkembangan peserta didik?

Teori perkembangan merupakan teori yang dapat memberikan kerangka kerja untuk berfikir tentang pertumbuhan dan pembelajaran manusia. Demikian, teori perkembangan peserta didik adalah teori yang dapat memberikan Bapak dan Ibu Guru sebuah kerangka berpikir/konsep untuk menentukan pembelajaran apa yang cocok digunakan agar membantu perkembangan peserta didik, serta sesuai dengan tujuan pendidikan.

Apa saja teori perkembangan peserta didik?

Dalam memahami materi perkembangan peserta didik, sebenarnya banyak teori yang mendasarinya. Namun, dari berbagai teori tersebut hanya ada beberapa teori perkembangan peserta didik yang disetujui dan digunakan oleh Kemendikbud dalam pembelajaran untuk para calon guru. Adapun teori utama yang harus Bapak dan Ibu Guru pahami adalah:

Teori Perkembangan Psikoanalisis

Di bagian ini yang menjadi fokus adalah teori perkembangan psikoseksual dari Freud dan teori perkembangan psikososial Erik Erikson. Masing-masing merupakan stage theory yang memahami perkembangan anak melalui periode-periode kehidupan yang berbeda. Masing-masing teori menunjukkan, bahwa berbagai pengalaman anak selama tahap-tahap awal dapat mempengaruhi kehidupan emosional serta sosial anak pada masa tersebut dan masa sesudahnya.

1.    Teori Perkembangan Psikoseksual Freud (Freud’s Psychosexual Developmental Theory)

Teori Freud ini berfokus pada perkembangan emosional dan sosial dari anak-anak, serta asal-mula unsur-unsur kepribadian psikologis, seperti ketergantungan, kerapian obsesif, dan kesombongan. Menurut Freud, masa kanak-kanak memiliki lima tahap perkembangan psikoseksual, antara lain: oral, anal, falik, latensi, dan genital.

Jika seorang anak menerima terlalu sedikit atau terlalu banyak gratifikasi dalam satu tahap, maka anak dapat terfiksasi di tahap tersebut. Misalnya, jika anak disapih terlalu dini, atau disusui terlalu lama, anak tersebut pun jadi hanya terpusat pada aktivitas oral, seperti menggigit kuku atau merokok, bahkan menunjukkan “lidah tajam” atau “mudah menggigit”.

2. Teori Perkembangan Psikososial Erikson (Erikson’s Psychosocial Developmental Theory)

Erik Erikson memodifikasi dan memperluas teori Freud. Teori Erikson juga sama seperti teori Freud, yaitu berfokus pada perkembangan kehidupan emosional dan unsur-unsur kepribadian psikologis. Akan tetapi, Erikson juga berfokus pada proses perkembangan dan identitas diri, serta berpendapat bahwa hubungan-hubungan sosial itu lebih penting daripada naluri seksual atau agresif.

Erikson (1963) memperluas tahap perkembangan Freud menjadi delapan untuk mencakup berubahnya perhatian di sepanjang masa dewasa. Daripada memberi istilah pada tahap-tahap setelah bagian-bagian dari tubuhnya, Erikson memberi label tahap-tahap setelah krisis kehidupan yang mungkin telah anak-anak (dan kemudian orang dewasa) temui selama tahap tersebut. 8 Tahap tersebut antara lain:

1.    Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

  1. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
  2. Inisiatif vs Kesalahan
  3. Kerajinan vs Inferioritas
  4. Identitas vs Kekacauan Identitas
  5. Keintiman vs Isolasi
  6. Generativitas vs Stagnasi
  7. Integritas vs Keputusasaan

 

Teori Perkembangan Behavioral (Behavioral Child Development Theories oleh John B. Watson dan B.F. Skinner)

John B. Watson dalam teorinya berpendapat, bahwa pendekatan ilmiah dalam perkembangan harus berfokus hanya pada perilaku yang bisa diamati, bukan seperti pemikiran, fantasi, dan gambaran mental yang lain.

Sementara B.F Skinner dalam teori perkembangan behavioral mengenalkan konsep penguatan (reinforcement). Hal-hal yang memperkuat adalah stimulus yang meningkatkan frekuensi perilaku yang anak ikuti.

Skinner membedakan antara penguat positif dan penguat negatif. Penguat positif akan meningkatkan frekuensi perilaku saat perilaku itu diterapkan. Contohnya, makanan dan persetujuan berperan sebagai penguat positif.

Sedangkan penguat negatif dapat meningkatkan frekuensi perilaku ketika perilaku ini disingkirkan. Ketakutan bisa bertindak sebagai penguat negatif, yaitu penyingkiran ketakutan, sehingga meningkatkan frekuensi perilaku yang mendahuluinya. Misalnya ketakutan akan kegagalan itu disingkirkan bila peserta didik belajar untuk ulangan.

Teori Perkembangan Kognitif Piaget (Piaget’s Cognitive Developmental Theory)

Teori Kognitif Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan semakin bertambahnya umur seseorang, maka semakin kompleks pula susunan sel sarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya.

Menurut Piaget, proses belajar setiap orang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan usia masing-masing. Bersifat hierarki, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu, dan seseorang tidaklah bisa belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget kemudian membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu:

  1. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
  2. Tahap Preoperasional (usia 2-7/8 tahun)
  3. Tahap Operasional Konkret (usia 7/8-11 atau 12 tahun)
  4. Tahap Operasional Formal

 

Teori Sosial Bandura (Bandura’s Social Learning Theory)

Bandura merumuskan sebuah teori pembelajaran observasional yang menyeluruh yang dia kembangkan untuk mencakup penguasaan, dan praktik dari bermacam-macam keterampilan, strategi dan perilaku. Prinsip-prinsip kognitif sosial telah diaplikasikan dalam pembelajaran kognitif, motorik, sosial, pengaturan diri, perkembangan moral, pendidikan, kesehatan, dan nilai sosial.

Teori Sosiokultural Vygotsky (Vygotsky’s Sociocultural Theory)

Dalam teorinya, Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget mengenai bahasa dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifat egosentris dan berorientasi non sosial.

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan belajar dengan sendirinya, beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari. Vygotsky tetap percaya, bahwa anak akan jauh lebih maju dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan mengembangkan pemikiran operasional formal mereka, tanpa adanya bantuan orang lain. Apa saja aspek-aspek perkembangan peserta didik?

Mengutip Alex Sobu (2003) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum, aspek-aspek perkembangan meliputi:

1.    - Perkembangan Fisik yang merupakan perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik kasar maupun halus. Perubahan pada tubuh/fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

2.    - Perkembangan Emosi yaitu meliputi perkembangan kemampuan anak untuk mulai mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya.

3.   - Perkembangan Intelegensi/Kognitif merupakan perubahan kemampuan mental, seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Biasanya perkembangan ini terjadi pada peserta didik berusia remaja, yakni terjadinya interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi peserta didik dalam berpikir abstrak. Perkembangan kognitif yang terjadi pada peserta didik remaja dapat dilihat dari kemampuannya untuk berpikir lebih logis. Peserta didik pun sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.


Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?

Persoalan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda. Para ahli tersebut pun terbagi ke dalam tiga aliran yang berbeda, yaitu aliran Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.

Namun, dari pernyataan-pernyataan para ahli dari ketiga aliran tersebut pun dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah faktor internal dan faktor eksternal dari peserta didik itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, antara lain:

Faktor Internal

1. Inteligensi

Inteligensi merupakan faktor perkembangan yang terpenting. Seorang anak dapat dikatakan berkembang dengan cepat karena memiliki kecerdasan yang tinggi. Namun sebaliknya, anak akan mengalami keterbelakangan dalam perkembangan sebab kecerdasannya rendah.

2. Hormon

Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan dan mengalami perkembangan hormon, kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan fisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada anak usia 9 sampai 12 tahun.

3. Kelenjar-Kelenjar

Hasil penelitian di lapangan endokrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari kelenjar-kelenjar buntu sementara ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani. Pengaruhnya sangatlah jelas terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.

4. Posisi dalam keluarga

Posisi (kedudukan) anak dalam keluarga merupakan keadaan yang juga sangat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya, umumnya mengalami perkembangan yang lebih cepat dari anak pertama. Kemudian, anak bungsu biasanya karena dimanja, maka perkembangannya bisa jadi lebih lambat. Dalam hal ini, anak tunggal biasanya mengalami perkembangan mentalitas yang lebih cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa.

Faktor Eksternal

1. Makanan

Makanan merupakan faktor yang juga penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi, terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

2. Luka dan penyakit luar

Luka dan penyakit luar jelas memiliki pengaruh pada perkembangan, meskipun terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.

3. Kultur (Budaya)

Pada dasarnya, setiap anak memiliki sifat yang universal dan budayanya lah yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku mereka dalam proses perkembangannya. Selain faktor budaya masyarakat, di dalamnya termasuk berasal dari pendidikan, agama, dan sebagainya.

4. Kebangsaan (Ras)

Ras yang menjadi gen seorang anak pun sangat berpengaruh pada perkembangannya. Sebab, setiap ras di seluruh dunia pun memiliki budaya dan lingkungan tempat tinggal yang berbeda-beda, begitu juga iklim yang mempengaruhi cara hidup masing-masing ras.

Bapak dan Ibu Guru dapat melihat contohnya melalui anak-anak ras Mediterania (Lautan tengah) yang tumbuh lebih cepat dari anak-anak Eropa Timur. Sementara itu, anak-anak Negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit putih dan kuning langsat.

Bagaimana cara mengintegrasikan teori perkembangan peserta didik dalam pembelajaran?

Dalam mengintegrasikan teori-teori perkembangan yang sudah dibahas tadi dalam pembelajaran. Bapak dan Ibu Guru dapat menggunakan salah satu konsep yang dibuat oleh Bandura, yaitu model determinisme timbal-balik yang terdiri atas tiga faktor utama: perilaku, lingkungan dan orang/kognitif.

Faktor-faktor tersebut dapat berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, faktor perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor orang/kognitif mempengaruhi perilaku, dan seterusnya. Ketiga faktor tersebut pun sering berinteraksi.

Ketika seorang guru memberikan sebuah pelajaran kepada siswa di kelas, para siswa akan berpikir tentang apa yang dikatakan oleh gurunya (lingkungan mempengaruhi kognisi-sebuah faktor personal). Kemudian siswa yang tidak mengerti tentang penjelasan tertentu mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan (kognisi mempengaruhi perilaku).

Selanjutnya, guru mengulang penjelasannya pada poin tersebut (perilaku mempengaruhi lingkungan). Pada akhirnya guru memberi siswa tugas untuk diselesaikan (lingkungan mempengaruhi perilaku).

Selain itu, ada berbagai cara yang dapat Bapak dan Ibu Guru terapkan. Salah satunya adalah Bapak dan Ibu Guru harus memastikan instrument-instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan peserta didik dapat mencakup semua ranah perkembangan. Mengenal karakteristik peserta didik juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sasaran dan Komposisi Soal Asesmen Kompetensi AKGTK Madrasah Tahun 2024 Sesuai Juknis Dirjen Pendis Nomor 1176 Tahun 2024

  Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor 1176 Tahun 2024 tentang petunjuk tekni...